
Mediasiutama, KUTAI KARTANEGARA — Inovasi produk kripik tempe dari Desa Loh Sumber, Kecamatan Loa Kulu, mulai mencuri perhatian pasar luar daerah dan perlahan menapaki panggung nasional.
Produk olahan berbahan dasar tempe daun ini kini telah menembus pasar Jakarta, membuka harapan besar bagi pelaku UMKM di desa tersebut untuk meningkatkan skala usaha dan kesejahteraan warga.
Kepala Desa Loh Sumber, Sukirno, mengatakan inovasi ini lahir dari dominasi produksi tempe daun yang selama ini telah menjadi unggulan warga, mencapai 80 persen dari total produksi Kalimantan Timur.
“Kami sudah hampir dua tahun mengembangkan inovasi ini. Alhamdulillah, hari ini kami mengirimkan sekitar seribu kemasan ke Jakarta melalui kerja sama dengan PT MHU,” ujar Sukirno belum lama ini.
Menurutnya, permintaan dari luar daerah terus meningkat, terutama sebagai cenderamata atau oleh-oleh untuk berbagai kementerian yang ada di ibu kota.
“Kami cukup kewalahan memenuhi permintaan, tapi ini menjadi evaluasi bagi kami untuk terus berkembang. Harapannya, pengembangan usaha ini juga bisa membuka lapangan kerja, khususnya bagi generasi muda,” tambah Sukirno.
Pengolahan kripik tempe ini dikelola secara kolektif oleh kelompok warga. Mereka mendapatkan pendampingan aktif dari Tim Penggerak PKK Desa Loh Sumber.
“Kami bentuk kelompok Dasa Wisma, mulai dari produksi, penggorengan, hingga pengemasan. Dengan adanya usaha ini, minimal bisa menjadi tambahan penghasilan bagi warga sebelum mendapatkan pekerjaan lain,” jelas Sukirno.
Desa Loh Sumber tidak berhenti hanya pada satu jenis produk. Pemerintah desa juga sedang merancang inovasi varian rasa, agar produk semakin diminati konsumen dengan beragam selera.
Meski perkembangan usaha cukup positif, Sukirno tak menampik adanya tantangan, terutama soal dukungan dari instansi pemerintah yang dinilai belum optimal.
“Kalau dikatakan ada dukungan dari pemerintah, ya ada, tapi belum maksimal. Desa-desa di Kukar terus berinovasi, tetapi pembinaannya tidak selalu berkelanjutan,” katanya menegaskan.
Ia berharap Dinas Perindustrian, Perdagangan, maupun UMKM bisa lebih fokus dalam pembinaan dan pemberian akses pelatihan serta bantuan permodalan bagi pelaku usaha kecil.
“Kami berharap ada kebijakan yang lebih mendukung dari dinas terkait agar usaha ini bisa terus berkembang,” ujar Sukirno.
Di sisi lain, Sukirno menekankan bahwa potensi desa-desa di Kutai Kartanegara sangat besar, terutama dalam sektor pangan olahan. Sayangnya, belum semua potensi itu terkelola maksimal karena keterbatasan dukungan teknis dan jaringan distribusi.
“Banyak desa di Kukar yang punya potensi ekonomi kuat, tetapi belum banyak dilirik OPD atau SKPD. Padahal jika disinergikan dengan baik, bisa mendorong pertumbuhan ekonomi lokal,” tambahnya.
Kini, harapan besar dibebankan pada generasi muda dan kelompok perempuan di desa, yang mulai aktif dalam rantai produksi kripik tempe. Mereka bukan hanya sebagai pelaku, tapi juga motor inovasi.
Desa Loh Sumber juga terus melakukan promosi melalui media sosial, bazar, dan event pameran UMKM untuk memperluas pasar dan memperkenalkan produk secara lebih luas.
“Kami ingin produk kami dikenal lebih luas, tidak hanya di Kukar, tetapi juga di provinsi lain, bahkan nasional,” ucapnya penuh semangat.
Melalui sinergi antara pemerintah desa, masyarakat, dan sektor swasta, kripik tempe dari Desa Loh Sumber diharapkan dapat menjadi ikon baru kuliner khas Kutai Kartanegara yang mampu bersaing di pasar nasional.
Adv/Diskominfo Kukar