
Mediasiutama,Kukar – Upaya pelestarian budaya Kutai oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) terus berevolusi. Tahun ini, Dinas Pariwisata Kukar menghadirkan pendekatan baru dalam event Etam Begenjoh Malang yang digelar pada Mei 2025, dengan mengusung lomba musik tradisional Kutai berskala nasional sebagai strategi memperkenalkan bahasa dan kesenian lokal di luar Kalimantan Timur.
Jika tahun sebelumnya lebih menonjolkan aspek pertunjukan budaya pesisir dan kerajaan, maka pada tahun ini Kutai Folk Festival yang menjadi inti acara, akan menyuguhkan kompetisi musik yang terbuka untuk umum dan mengangkat lagu-lagu berbahasa Kutai sebagai medium utama.
Pelaksana Tugas Kepala Bidang Pemasaran Dispar Kukar, Awang Ivan Ahmad, menyebutkan bahwa perubahan konsep ini bukan sekadar variasi hiburan, melainkan langkah strategis untuk menjangkau publik muda dari berbagai daerah yang memiliki minat terhadap seni dan budaya.
“Lomba musik ini jadi cara kami menghidupkan kembali bahasa Kutai melalui jalur kreatif. Musik mudah diterima dan bisa membangun kedekatan emosional lintas wilayah,” terang Ivan saat diwawancarai.
Menurut Ivan, para peserta bisa berasal dari kalangan pelajar, mahasiswa, hingga komunitas seni di luar Kalimantan, termasuk kota-kota besar seperti Surabaya, Malang, dan Jakarta. Syarat utamanya hanyalah karya musik yang dibawakan harus mengandung unsur budaya Kutai, baik dari segi bahasa, instrumen, maupun lirik.
“Siapapun boleh mendaftar. Yang penting semangatnya menjaga identitas budaya lewat musik. Kami ingin memperluas audiens Kutai, bukan hanya di Kalimantan,” tambahnya.
Lomba musik ini juga diharapkan menjadi sarana edukatif yang menyenangkan, terutama bagi generasi muda yang selama ini minim paparan terhadap budaya Kutai. Ivan optimistis pendekatan seni akan lebih efektif dibanding pendekatan formal dalam menghidupkan kembali bahasa lokal.
“Kalau disuruh belajar di kelas, anak muda mungkin malas. Tapi kalau lewat lagu, mereka bisa tertarik dan justru ikut menyanyikan lirik berbahasa Kutai dengan senang hati,” ujarnya dengan yakin.
Untuk menjaga kualitas dan muatan budaya dalam lomba, Dispar Kukar menjalin kerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kukar. Disdikbud dipercaya memilih tiga juri yang kompeten dalam bidang seni tradisi dan bahasa Kutai agar penilaian tetap mengedepankan nilai pelestarian budaya.
“Kami percaya, Disdikbud punya kewenangan penuh soal pelestarian bahasa. Tugas kami di Dispar adalah membungkus kegiatan ini agar menarik dan bisa dinikmati publik luas,” jelas Ivan menjabarkan peran masing-masing instansi.
Selain kompetisi musik, Etam Begenjoh Malang 2025 juga akan diramaikan dengan pentas seni, bazar UMKM, serta pameran potensi unggulan Kukar, yang bertujuan memperkenalkan kekayaan budaya dan ekonomi lokal ke luar daerah.
“Bukan hanya budaya yang kami bawa, tapi juga produk unggulan dari pelaku UMKM. Ini cara kami memperkenalkan Kukar lewat beragam sudut pandang,” ujar Ivan.
Ivan juga menyampaikan harapan besar agar kegiatan seperti ini dapat terus berkelanjutan dan menjadi jembatan kreatif antara budaya tradisional dan minat generasi muda.
“Lomba musik ini bukan akhir, melainkan awal. Kami ingin agar generasi muda bisa menyentuh budaya, menyanyikannya, bahkan menciptakan karya baru dari akar budaya mereka sendiri,” pungkasnya dengan semangat.
Adv/Dispar Kukar