
Mediasiutama, Kukar – Sebuah desa kecil di bantaran Sungai Mahakam kembali membuat kejutan. Desa Pela, Kecamatan Kota Bangun, menjadi sorotan nasional bahkan internasional setelah masuk dalam program Based Tourism Village (BTV) 2025 yang didukung Kementerian Pariwisata dan organisasi dunia.
Program BTV ini bukan sekadar promosi, tetapi pencarian desa wisata berbasis komunitas yang siap tampil sebagai percontohan nasional dan global. Desa Pela menjadi satu dari hanya dua desa di Indonesia yang menjalani asesmen intensif oleh tim ahli selama tiga hari.
“Tim asesmen terdiri dari akademisi, pihak kementerian, dan perwakilan lembaga internasional yang fokus pada pariwisata berkelanjutan,” jelas Ridha Fatrianta, Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata Dispar Kukar, saat diwawancarai pada 25 April 2025.
Ia mengatakan bahwa hanya Desa Pela dan Desa Taro (Bali) yang terpilih tahun ini, dan jika lolos seleksi, maka akan ada pendampingan langsung dari United Nations World Tourism Organization (UNWTO).
“Program ini adalah pintu masuk menuju jaringan wisata dunia. Kalau lolos, Pela bisa jadi wajah baru Indonesia di sektor desa wisata berbasis komunitas,” ujarnya penuh harap.
Ridha juga menegaskan bahwa kesiapan masyarakat lokal menjadi poin utama dalam asesmen tersebut, karena program BTV menekankan keterlibatan warga dalam setiap aspek pariwisata.
“Bukan hanya soal fasilitas atau panorama, tapi bagaimana warga bisa jadi bagian aktif dalam pengalaman wisata,” tegasnya.
Salah satu aspek penting yang jadi perhatian tim penilai adalah keberadaan pemandu wisata lokal, yang harus memiliki standar pelayanan serta wawasan budaya dan sejarah setempat.
“Karena itu kami di Dispar Kukar aktif melatih dan mensertifikasi para pemandu wisata melalui Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) yang diakui BNSP,” terang Ridha menjelaskan pendekatan penguatan SDM.
Ia juga mengajak kelompok sadar wisata (Pokdarwis) dan masyarakat umum untuk tidak ragu mengikuti jalur resmi pelatihan yang tersedia setiap tahun. Program ini, menurutnya, membuka kesempatan besar bagi warga desa untuk terlibat langsung dalam pengembangan pariwisata.
“Warga Desa Pela sudah menunjukkan kemampuan itu. Kini tinggal menunggu hasil asesmen yang dijadwalkan diumumkan pada Mei 2025,” imbuhnya.
Lebih dari sekadar partisipasi, Ridha menilai keterlibatan Desa Pela di program ini menjadi langkah awal Kukar memperluas promosi wisata berbasis lokal yang otentik dan berkelanjutan.
“Kami yakin, jika Pela sukses di program ini, itu akan berdampak pada desa wisata lain di Kukar yang bisa mengikuti jejak serupa,” tutupnya optimistis.
Adv/Dispar Kukar