
Mediasiutama, TENGGARONG – Warga RT 18 Kelurahan Loa Ipuh, Kecamatan Tenggarong, berhasil membuktikan bahwa sampah bukan sekadar masalah, melainkan bisa menjadi sumber manfaat ekonomi. Melalui Bank Sampah Rotok Etam, mereka bersepakat menciptakan sistem pengelolaan sampah yang lebih bersih, produktif, dan menguntungkan bagi lingkungan maupun masyarakat.
Gagasan pendirian bank sampah ini lahir dari keresahan warga atas tumpukan sampah yang kerap mencemari lingkungan sekitar. Alih-alih membiarkan masalah tersebut berlarut-larut, warga justru berinisiatif mencari solusi kolektif dengan pendekatan yang lebih kreatif dan berkelanjutan.
Ketua Badan Pengelola Bank Sampah Rotok Etam, Fauzi Ramadhan Pikri, menjelaskan bahwa ide pembentukan bank sampah ini muncul dari semangat bersama untuk mengatasi persoalan kebersihan di lingkungan mereka.
“Cukup mengurangi karena saat ini sampah menjadi masalah bagi setiap wilayah mana saja. Makanya kami bersama warga bersepakat untuk membentuk bank sampah,” ujar Fauzi, Jumat (19/9/2025).
Bank Sampah Rotok Etam berfungsi tidak hanya sebagai sarana pengumpulan dan pengelolaan sampah, tetapi juga sebagai wadah pemberdayaan ekonomi masyarakat. Warga mendapatkan keuntungan melalui sistem tabungan, di mana sampah yang memiliki nilai jual seperti plastik, logam, dan kertas akan ditimbang serta dicatat sebagai saldo.
“Hadirnya bank sampah memberi banyak keuntungan, mulai dari kebersihan lingkungan hingga tambahan pemasukan,” tambah Fauzi menjelaskan manfaat program tersebut bagi masyarakat.
Program ini disambut antusias oleh warga RT 18. Dukungan semakin kuat karena para pengelolanya sebagian besar adalah pemuda yang memiliki semangat tinggi dan ide-ide inovatif dalam menjalankan kegiatan bank sampah.
“Yang aktif di bank sampah merupakan para pemuda yang kreatif dan mandiri sehingga mendapat dukungan penuh dari masyarakat. Selain itu kami juga mendapat dukungan dari Kelurahan Loa Ipuh,” ungkap Fauzi menegaskan.
Selain aspek ekonomi, keberadaan Bank Sampah Rotok Etam juga membawa dampak edukatif bagi masyarakat. Warga kini terbiasa memilah sampah organik, plastik, dan non-organik lainnya sebelum disetorkan ke pengelola. Setelah itu, hasil pengumpulan diteruskan ke Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Kukar untuk pengolahan lanjutan.
Kebiasaan ini perlahan membentuk budaya baru di tengah masyarakat, di mana pengelolaan sampah tidak lagi dipandang remeh, tetapi menjadi bagian penting dari gaya hidup bersih dan sehat. Program ini juga menumbuhkan rasa tanggung jawab kolektif antarwarga untuk menjaga lingkungan.
Fauzi berharap langkah kecil yang dimulai dari RT 18 dapat menjadi inspirasi bagi wilayah lain di Kutai Kartanegara.
“Kalau masyarakat kompak, bukan hanya sampah berkurang, tapi juga ada manfaat ekonomi yang bisa dirasakan bersama,” pungkasnya optimistis.
Dengan dukungan penuh dari pemerintah kelurahan dan partisipasi masyarakat yang aktif, Bank Sampah Rotok Etam kini menjadi contoh nyata bagaimana kesadaran lingkungan bisa sejalan dengan pemberdayaan ekonomi lokal. Program ini menunjukkan bahwa perubahan besar dapat dimulai dari langkah sederhana, selama dilakukan bersama dan berkelanjutan.
Adv/DLHK kukar

