
Mediasiutama, KUTAI KARTANEGARA – Pemerintah Kelurahan Loa Tebu, Kecamatan Tenggarong, mulai merumuskan strategi baru dalam mengelola sampah berbasis edukasi sekolah sebagai upaya menciptakan lingkungan yang bersih dan berkelanjutan.
Langkah ini menjadi bagian dari komitmen pemerintah kelurahan untuk memperkuat kesadaran warga terhadap pentingnya pengelolaan sampah secara mandiri dan terintegrasi. Pemerintah berharap, program tersebut dapat melahirkan partisipasi aktif dari masyarakat hingga ke lingkungan pendidikan.
Lurah Loa Tebu, Rahimudin, menuturkan bahwa keberhasilan pengelolaan lingkungan tidak hanya bergantung pada fasilitas dan teknologi, tetapi juga pada keterlibatan masyarakat yang menjadi garda terdepan di lapangan.
“Pemerintah kelurahan bersama masyarakat akan terus memperkuat sinergi dengan berbagai pihak agar pengelolaan lingkungan di Loa Tebu dapat berjalan dengan baik,” ujar Rahimudin belum lama ini.
Ia menjelaskan, salah satu langkah yang kini tengah dikembangkan adalah kolaborasi antara Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS 3R) Sumber Rejeki dengan sekolah-sekolah yang ada di wilayah Loa Tebu. Kerja sama ini akan difokuskan pada sosialisasi pengelolaan sampah dan pengenalan program bank sampah di lingkungan pendidikan.
Menurutnya, kegiatan tersebut diharapkan dapat menjadi sarana pembelajaran bagi siswa untuk memahami pentingnya menjaga kebersihan serta menerapkan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dalam kehidupan sehari-hari.
“Kami ingin anak-anak di sekolah juga ikut terlibat sejak dini, supaya kesadaran terhadap kebersihan dan lingkungan berkelanjutan bisa tumbuh di generasi muda,” tambahnya dengan penuh semangat.
Rahimudin menilai, menjalin kemitraan dengan dunia pendidikan merupakan langkah strategis untuk menanamkan nilai-nilai kepedulian terhadap lingkungan sejak usia dini. Dengan menumbuhkan rasa tanggung jawab melalui pendidikan, diharapkan muncul perilaku baru yang lebih peduli terhadap sampah.
Ia mengungkapkan bahwa selama ini, pengelolaan sampah sering kali terhambat oleh rendahnya kesadaran masyarakat. Padahal, volume sampah rumah tangga terus meningkat seiring pertumbuhan penduduk di wilayah tersebut.
Karena itu, Rahimudin menegaskan pentingnya dukungan dari seluruh lapisan masyarakat dalam mengurangi timbunan sampah mulai dari sumbernya, baik rumah tangga, sekolah, maupun tempat usaha.
Pemerintah kelurahan juga berencana memperkuat sistem pengelolaan berbasis komunitas dengan mendorong setiap Rukun Tetangga (RT) membentuk kelompok sadar lingkungan. Kelompok ini nantinya akan bekerja sama dengan TPS 3R dalam mengelola bank sampah, melakukan pemilahan, serta memanfaatkan kembali material yang memiliki nilai ekonomi.
“Kalau setiap rumah sudah terbiasa memilah sampah, maka beban di TPS 3R akan berkurang, dan nilai ekonominya juga bisa kembali ke masyarakat,” jelasnya.
Selain melalui jalur pendidikan dan komunitas warga, Pemerintah Kelurahan Loa Tebu juga akan memperluas edukasi melalui berbagai kegiatan seperti kerja bakti rutin, lomba kebersihan antar-RT, hingga kampanye digital melalui media sosial.
Langkah-langkah tersebut diharapkan mampu memperluas jangkauan kesadaran publik dan menumbuhkan budaya hidup bersih yang konsisten di tengah masyarakat.
Sinergi antara Pemerintah Kelurahan Loa Tebu dan TPS 3R Sumber Rejeki menjadi contoh nyata bagaimana kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat dapat melahirkan sistem pengelolaan sampah yang partisipatif dan modern.
“Semua pihak punya peran. Pemerintah tidak bisa berjalan sendiri. Tapi kalau masyarakat sudah paham dan mau terlibat, cita-cita menjadikan Loa Tebu sebagai kelurahan yang bersih dan berkelanjutan bukan hal yang mustahil,” pungkas Rahimudin.
Adv/DLHK kukar

