
Ist.
Mediasiutama.com, TENGGARONG – Malam terakhir upacara Bepelas Malam pada rangkaian Erau Adat Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura ditandai dengan prosesi sakral Seluang Mudik. Ritual ini menjadi puncak acara yang sarat makna, ditandai dengan tradisi saling melempar butiran beras antar peserta sebagai simbol penyucian dan perenungan menjelang berakhirnya rangkaian Erau.
Prosesi dimulai dengan ritual menyisik lembu dan sedekah naga, dua bagian penting yang melambangkan keberkahan dan keseimbangan alam. Setelah itu, masyarakat dan peserta terlibat dalam perebutan bungkusan kue, sebuah tradisi yang menggambarkan kebersamaan sekaligus kemeriahan sebelum inti acara dimulai.
Ketika puncak Seluang Mudik berlangsung, suasana menjadi riuh namun penuh kekhidmatan. Lemparan butiran beras dilakukan secara simbolis, bukan sekadar permainan, melainkan media kontemplasi dan introspeksi bagi masyarakat yang terlibat. Ritual ini dipercaya menandai titik transisi spiritual dari kemeriahan Erau menuju ketenangan setelah rangkaian adat selesai.
Makna mendalam dari Seluang Mudik terletak pada pesan moralnya: ajakan untuk refleksi diri, menjaga tradisi leluhur, serta memperkuat identitas budaya Kutai Kartanegara. Prosesi ini juga menunjukkan bahwa upacara adat tidak hanya berfungsi sebagai atraksi budaya, tetapi juga sebagai perekat nilai-nilai spiritual, sosial, dan sejarah masyarakat setempat.
Melalui pelestarian prosesi Seluang Mudik, Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura menegaskan komitmennya menjaga kelestarian tradisi luhur yang telah diwariskan turun-temurun. (Yuliana W)