October 14, 2025

Mediasiutama.com, TENGGARONG – Kabupaten Kutai Kartanegara terus memperkuat identitas kebudayaannya melalui penguatan motif khas daerah dan ruang pembelajaran seni berbasis kearifan lokal, dikemas dengan sebaik mungkin sehingga mendapatkan hasil yg berkualitas.

Dalam wawancara dengan salah satu dari penggiat “Batik Bucerosgasing” , disampaikan bahwa seluruh peserta didik di berbagai jenjang kini difasilitasi untuk belajar bukan hanya tari atau musik, tetapi juga memahami makna budaya yang terkandung dalam setiap ekspresi seni, (11/10)Pukul 20:30 Titik Nol Tenggarong Kutai Kartanegara.

Kegiatan kebudayaan yang digelar rutin setiap akhir pekan menjadi wahana aktualisasi bagi pelajar, komunitas seni, hingga masyarakat umum.

“Anak-anak belajar seni di sekolah, tetapi mereka juga butuh ruang tampil. Di sinilah fungsi pemerintah sebagai penyedia panggung edukasi budaya,” ujar Erwan Riyadi Penggerak Literasi Kukar.

Lebih jauh, pihak dinas juga menyoroti pentingnya membedakan antara budaya yang bersifat umum dan budaya yang bersifat sakral.

Ia mencontohkan bahwa beberapa tarian topeng atau ritual tradisi tertentu tidak bisa begitu saja dipentaskan di ruang publik karena memiliki nilai adat yang sakral,oleh karena itu, seniman lokal diharapkan memahami etika budaya sebelum menampilkan karya.

Selain seni tari dan ritual, Kukar juga mendorong penguatan identitas visual melalui motif khas daerah. Meski istilah “batik” populer, pihak dinas menegaskan bahwa secara teknis produk kain bermotif di Kukar lebih tepat disebut sebagai “motif khas Kutai,” bukan batik dalam pengertian budaya Jawa.

Motif-motif yang kini dikembangkan antara lain jajak cincin, buah elai, dan gula gait yang semuanya memiliki filosofi yang terinspirasi dari kehidupan masyarakat Kutai masa lalu.

“Intinya bukan sekadar kain bermotif, tetapi bagaimana motif itu menjadi simbol literasi budaya. Setiap garis dan bentuknya membawa cerita leluhur yang harus dikenali generasi muda,” Ujar Listy.

Dengan pendekatan edukatif dan kreatif, Kukar menargetkan lahirnya generasi yang tidak hanya bangga tampil dalam balutan budaya, tetapi juga memahami makna di baliknya.

Pemerintah daerah memastikan bahwa kebudayaan bukan sekadar agenda tahunan, melainkan gerakan bersama untuk memajukan identitas lokal di tengah arus modernisasi.(Yuliana W)

Print Friendly, PDF & Email

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *