
Mediasiutama, KUTAI KARTANEGARA – Cara pandang masyarakat terhadap sampah kini mulai berubah di Kelurahan Loa Tebu, Kecamatan Tenggarong. Melalui Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS 3R) “Sumber Rejeki”, warga setempat berhasil mengubah tumpukan sampah menjadi peluang ekonomi yang menjanjikan.
Dibawah kepemimpinan Anisa, TPS 3R “Sumber Rejeki” hadir sebagai wujud nyata penerapan ekonomi sirkular di tingkat lokal. Konsep ini memungkinkan sampah yang dulunya dianggap tidak berguna kini menjadi bahan baku bernilai jual dan membuka ruang usaha baru bagi masyarakat sekitar.
“Dulu sampah dianggap tidak berguna, sekarang justru menjadi sumber pendapatan,” ujar Anisa dengan penuh semangat, menggambarkan perubahan besar yang terjadi di lingkungan mereka.
Ia menjelaskan bahwa saat ini, berbagai jenis sampah dipilah dan diolah menjadi produk bernilai tambah. Sampah organik diubah menjadi kompos yang dipasarkan kepada petani sekitar, sedangkan sampah plastik diproses menjadi bahan daur ulang yang dijual ke pengepul.
Dengan sistem kerja yang tertata rapi, TPS 3R “Sumber Rejeki” mampu mengurangi volume sampah yang dikirim ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Selain itu, hasil olahan sampah juga memberikan manfaat ekonomi langsung bagi masyarakat yang terlibat dalam proses pengelolaan.
Program ini mendapatkan dukungan penuh dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Kutai Kartanegara. Dukungan tersebut tidak hanya dalam bentuk pembinaan teknis, tetapi juga melalui pelatihan manajemen usaha serta strategi pemasaran produk hasil daur ulang.
“DLHK membantu kami memahami rantai bisnis dari hulu ke hilir, mulai dari pengumpulan, pemilahan, hingga penjualan hasil olahan,” jelas Anisa, menegaskan pentingnya pendampingan tersebut bagi keberlangsungan TPS.
Tak hanya itu, DLHK Kukar juga aktif menjembatani TPS 3R Loa Tebu dengan berbagai mitra strategis seperti pengepul dan pembeli potensial. Kolaborasi ini menciptakan sistem ekonomi sirkular yang berkelanjutan dan memperkuat posisi masyarakat sebagai pelaku utama dalam pengelolaan sampah.
Hasilnya, pendapatan dari penjualan kompos dan plastik daur ulang kini mampu menutupi sebagian besar biaya operasional. Bahkan, keuntungan yang diperoleh dapat digunakan sebagai tambahan insentif bagi para pekerja pengelola TPS.
Lebih jauh, kehadiran TPS 3R “Sumber Rejeki” juga membuka lapangan kerja baru bagi warga sekitar. Banyak ibu rumah tangga dan pemuda yang kini terlibat aktif dalam kegiatan pengelolaan sampah, baik di bagian pemilahan, pengolahan, maupun distribusi produk olahan.
“Kami ingin semakin banyak anak muda yang terlibat agar peduli terhadap lingkungan dan melihat potensi bisnis di sektor ini,” tambah Anisa dengan harapan besar.
Kini, TPS 3R “Sumber Rejeki” menjadi contoh nyata bagaimana kesadaran lingkungan dapat berjalan seiring dengan peningkatan ekonomi masyarakat. Melalui sinergi antara warga, pemerintah, dan pelaku usaha, Loa Tebu perlahan membuktikan bahwa sampah bukan lagi masalah, melainkan peluang untuk menciptakan kehidupan yang lebih sejahtera dan berkelanjutan.
Adv/DLHK kukar

