October 21, 2025

Mediasiutama.com, Tenggarong – Upaya menjaga warisan budaya dan kearifan lokal terus dilakukan oleh generasi muda Kalimantan Timur.

Salah satu wujudnya datang dari Halif Sardi, founder sekaligus penemu Teatiwai Bawang dayak, yang menghadirkan inovasi pangan berbasis pertanian berkelanjutan dan nilai-nilai tradisi masyarakat Dayak Benua.

Halif menjelaskan, konsep yang diusung Teatiwai Bawangdayak tidak sekadar berfokus pada produksi bahan pangan olahan, melainkan juga mengangkat filosofi dari budaya pengobatan tradisional masyarakat Dayak yang dikenal dengan ritual Belian.

Dalam tradisi tersebut, Belian merupakan ritual penyembuhan spiritual yang dilakukan oleh tokoh adat atau Pembelian, sebagai bentuk terapi sebelum hadirnya pelayanan medis modern.

“Dalam komunitas Dayak Benua, hanya Pembelian yang boleh melakukan ritual Belian.

Setelah ritual selesai, mereka biasanya merekomendasikan tumbuhan tertentu yang bermanfaat untuk kesehatan, salah satunya adalah bawang tiwai,”jelas Halif, Selasa (21/10/2025).

Bawang tiwai lebih dikenal dengan nama bawang dayak memiliki makna mendalam dalam keseharian masyarakat Dayak.

Menurut Halif, tanaman ini melambangkan keterhubungan antara manusia, alam, dan spiritualitas. Melalui Teatiwai Bawangdayak, ia berupaya mengembalikan nilai-nilai tersebut dalam bentuk produk modern yang tetap berpijak pada prinsip keberlanjutan.

Senada dengan itu, Resty Rokitaria, salah satu owner Teatiwai Bawangdayak dari UKM Solai, menuturkan bahwa produk mereka dibuat murni dari bahan alami tanpa campuran tambahan.

“Teatiwai Bawangdayak menggunakan bahan baku asli bawang dayak. Hanya saja, supaya lebih praktis, kami kemas dalam bentuk teh celup dan foil agar lebih awet dan mudah didistribusikan,'” jelasnya.

Resty menambahkan, produksi dilakukan dengan melibatkan kelompok petani binaan dari beberapa daerah seperti Muara Kaman, Jongkang, dan Jahab.

“Dulu kami bekerja sama dengan tujuh kelompok petani, tapi sekarang menurun karena daya beli konsumen juga sedang tidak stabil. Meski begitu, kami tetap berupaya menjaga kemitraan dengan petani lokal,” ujarnya.

Melalui inovasi ini, Teatiwai Bawang dayak berharap dapat memperkuat ekonomi lokal sekaligus memperluas pemahaman masyarakat tentang kekayaan hayati dan budaya Kalimantan. “Teh bawang dayak ini bisa  antiinflamasi. Slogan kami sederhana sehatnya setiap hari,” pungkas Resty.

Dengan menggabungkan kearifan lokal dan inovasi modern, TYT Bawangdayak menjadi contoh nyata bagaimana generasi muda mampu melestarikan budaya sekaligus menciptakan nilai ekonomi baru bagi daerahnya.(Yuliana W)

Print Friendly, PDF & Email

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *