October 6, 2025

Mediasiutama.com, Tenggarong – Setelah dua tahun absen dari panggung budaya Kutai Kartanegara, Amar Afizal kembali hadir sebagai konsultan festival dalam gelaran Kukar Festival Budaya Nusantara (KFBN) 2025. Sosok yang dikenal luas sebagai peneliti budaya, pendokumentasi musik etnik, dan anggota Council International Organization of Folklore Festival (CIOFF) ini, kembali menghidupkan semangat internasional dalam festival budaya lokal.

Amar menjelaskan bahwa keterlibatannya di Kutai Kartanegara bukanlah yang pertama. Ia telah menjadi konsultan sejak era EIVAF (Erau International Village Art Festival) yang kemudian berubah nama menjadi TIVAF (Tenggarong International Folklore Festival). “Kami bekerjasama dengan pemerintah Kukar untuk menjembatani kebudayaan lokal dengan dunia internasional,” ujarnya.

Tujuan utama dari kolaborasi ini adalah memperkenalkan budaya Kutai ke kancah global serta membangun diplomasi budaya antarnegara. “Kami ingin menciptakan perdamaian melalui kebudayaan, mempertemukan beragam tradisi, dan membuka ruang saling pengertian,” tambah Amar yang berasal dari Pulau Selayar, Sulawesi Selatan, dan kini bermukim di Jakarta.

KFBN tahun ini disebut Amar sebagai kelanjutan dari visi internasional yang dulu diusung TIVAF. Meski masih berskala nasional, KFBN memiliki potensi besar untuk kembali menjadi festival budaya berstandar internasional. Amar menekankan pentingnya kurasi yang ketat dan keberagaman budaya sebagai fondasi utama sebuah festival yang berkualitas.

“Kurasi kami tahun ini cukup selektif. Dari tujuh kelompok seni dari Sulawesi Selatan yang mengajukan diri, hanya dua yang lolos. Mereka adalah Sanggar Seni Lasinrang dari Parepare dan Sanggar Al-Farabi dari Bulukumba,” jelasnya. Selain kualitas artistik, Amar juga menilai kesiapan finansial menjadi pertimbangan, karena banyak kelompok yang datang dengan biaya sendiri.

Sebagai kurator dan konsultan festival, Amar menyampaikan harapannya agar KFBN semakin meningkat dalam kualitas pertunjukan, soliditas panitia, serta perluasan jejaring budaya. Ia juga menekankan pentingnya menjaga hubungan baik antara komunitas seni lokal dan peserta dari luar daerah.

“Festival bukan hanya soal panggung pertunjukan, tapi soal mempertemukan orang dan menjembatani pemahaman lintas budaya. Di situlah nilai diplomasi budayanya,” tegas Amar.

Ia pun berharap KFBN bisa terus berkembang dan kembali menjadi TIVAF – sebuah festival budaya internasional yang mampu membawa Kutai Kartanegara dikenal luas di dunia.

“Semoga tahun depan kita bisa lihat Kukar tidak hanya sebagai tuan rumah festival budaya nusantara, tapi juga sebagai pusat pertemuan budaya dunia,” pungkasnya penuh semangat. (Yuliana W)

Print Friendly, PDF & Email

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *