
Mediasiutama.com, Kutai Kartanegara – Berbeda dengan Ganjur yang eksklusif bagi kalangan kerabat kesultanan, Rudat justru hadir sebagai kesenian rakyat yang inklusif dan berh nuansa Islam. Kesenian ini memadukan musik, tarian, dan unsur bela diri pencak silat, disertai lantunan syair berisi puji-pujian kepada Allah SWT, doa, serta pesan dakwah.
Rudat bukan berasal dari tradisi asli Kutai, melainkan dibawa masuk melalui proses penyebaran Islam di wilayah Nusantara. Meski demikian, ia tumbuh dan diterima luas oleh masyarakat Kutai Kartanegara, sehingga menjadi bagian dari identitas budaya setempat.
Fungsi Rudat cukup beragam. Selain menjadi hiburan, ia juga berperan sebagai media dakwah dan pendidikan moral. Melalui gerakan dan syairnya, Rudat menanamkan nilai-nilai keislaman sekaligus memperkuat ikatan sosial di tengah masyarakat.
Karakter inklusif Rudat membuat kesenian ini dapat ditampilkan di berbagai kesempatan, baik perayaan keagamaan, acara adat, maupun kegiatan kemasyarakatan. Hal ini berbeda dengan Ganjur yang hanya dimainkan dalam lingkup ritual kerajaan.
Kehadiran Rudat menunjukkan bagaimana kesenian mampu menjadi jembatan antara agama dan budaya lokal. Jika Ganjur melambangkan legitimasi kekuasaan Sultan, maka Rudat mencerminkan semangat kebersamaan dan syiar Islam di Kutai Kartanegara. (Yuliana W)