
Mediasiutama, KUTAI KARTANEGARA – Kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sampah di Kelurahan Loa Ipuh, Kecamatan Tenggarong, semakin meningkat. Hal itu terlihat dari antusiasme warga yang menjadi bagian dari Bank Sampah Rotok Etam, program lingkungan berbasis partisipasi warga yang kini memiliki puluhan nasabah aktif.
Program yang baru berjalan setahun ini dikelola secara mandiri oleh warga RT 18 dan telah menjalin kerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Kutai Kartanegara untuk menjual hasil pilahan sampah. Meski masih berskala kecil, kegiatan tersebut sudah mulai menunjukkan hasil nyata bagi lingkungan dan perekonomian masyarakat.
Ketua Badan Pengelola Bank Sampah Rotok Etam, Fauzi Ramadhan Pikri, menyampaikan bahwa jumlah warga yang bergabung dalam program ini terus bertambah setiap bulan, menandakan kesadaran baru akan pentingnya memilah sampah sejak dari rumah.
“Saat ini sudah ada sekitar 40 kepala keluarga (KK) yang aktif menjadi nasabah kami. Mereka rutin menyetorkan sampah dari rumah masing-masing untuk dipilah dan dijual kembali,” ujarnya, Kamis (18/9/2025).
Menurut Fauzi, jumlah tersebut menjadi capaian awal yang menggembirakan mengingat bank sampah baru terbentuk tahun ini. Ia berharap, dalam waktu dekat partisipasi warga akan meningkat seiring dengan semakin banyaknya yang merasakan manfaat ekonomi dari kegiatan tersebut.
“Target kami ke depan bisa mencapai 200 KK. Kalau makin banyak yang ikut, dampak positifnya terhadap lingkungan dan ekonomi warga juga semakin besar,” tambahnya dengan optimis.
Setiap nasabah yang berpartisipasi menyetorkan sampah anorganik seperti plastik, logam, dan kertas, yang kemudian ditimbang dan dicatat sebagai tabungan. Sampah yang sudah memenuhi standar kemudian disalurkan ke DLHK Kukar untuk didaur ulang. Dari hasil penjualan, pengurus dan warga mendapatkan keuntungan yang digunakan untuk kebutuhan operasional dan kegiatan sosial di lingkungan mereka.
Fauzi menjelaskan, walaupun masih terdapat keterbatasan sarana dan prasarana, antusiasme warga tidak surut. Bahkan, kegiatan pengumpulan sampah kini menjadi rutinitas warga setiap pekan. Hal itu turut menciptakan budaya baru yang lebih peduli terhadap kebersihan dan pengelolaan lingkungan di tingkat RT.
“Warga mulai terbiasa memilah sampah sendiri di rumah. Jadi ketika kami datang menjemput, semuanya sudah terpisah antara organik dan non-organik,” terangnya.
Bank Sampah Rotok Etam kini menjadi contoh bagaimana peran aktif masyarakat mampu mengubah permasalahan lingkungan menjadi peluang ekonomi. Selain memberikan manfaat finansial, program ini juga mengajarkan warga untuk lebih bertanggung jawab terhadap kebersihan lingkungannya sendiri.
Dengan dukungan penuh dari warga dan Kelurahan Loa Ipuh, serta pendampingan dari DLHK Kukar, Fauzi berharap Bank Sampah Rotok Etam dapat terus tumbuh dan menjadi inspirasi bagi wilayah lain di Kutai Kartanegara.
Adv/DLHK kukar

