
Mediasiutama, KUTAI KARTANEGARA – Di tengah meningkatnya persoalan sampah, semangat anak muda di Kelurahan Loa Ipuh, Kutai Kartanegara (Kukar), menunjukkan harapan baru bagi pengelolaan lingkungan. Melalui inisiatif Bank Sampah Rotok Etam, mereka berhasil mengubah tumpukan sampah menjadi sumber ekonomi dan sarana pembelajaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
Upaya tersebut mendapat apresiasi dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Kukar yang menilai peran masyarakat, terutama generasi muda, sebagai kunci keberhasilan pengelolaan sampah berkelanjutan. Program seperti ini dianggap mampu menumbuhkan kesadaran lingkungan sekaligus menambah pendapatan masyarakat dari hasil pengolahan sampah.
Kepala Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah B3 DLHK Kukar, Irawan, menilai langkah yang dilakukan para pemuda Loa Ipuh patut mendapat perhatian lebih dari pemerintah daerah.
“Kalau volumenya lebih besar, tentu hasilnya akan jauh lebih signifikan,” ujarnya, Selasa (23/9/2025).
Menurutnya, bank sampah bukan sekadar wadah pengumpulan sampah, tetapi juga simbol kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah. Dukungan dari berbagai pihak dibutuhkan agar inisiatif ini dapat berkembang dan memberikan manfaat lebih luas bagi masyarakat sekitar.
“Pendekatan seperti ini penting karena masyarakat merasa diperhatikan oleh pemerintah,” tambahnya menjelaskan.
Irawan menegaskan bahwa pengelolaan sampah tidak bisa hanya mengandalkan partisipasi warga semata. Pemerintah harus hadir dengan dukungan nyata, baik dalam bentuk fasilitas, pembinaan, maupun pendampingan teknis yang berkelanjutan.
“Kami selalu mengingatkan agar tidak hanya menuntut peran masyarakat, tetapi juga memberi perhatian dan dukungan,” katanya menegaskan komitmen DLHK.
Berdasarkan data DLHK Kukar, hingga kini terdapat 20 unit Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS 3R) yang tersebar di berbagai wilayah Kukar. Masing-masing unit dikelola oleh masyarakat dan mampu menghasilkan pendapatan sekitar Rp7 hingga Rp9 juta per bulan jika dikelola dengan serius dan berkesinambungan.
Hasil tersebut diperoleh dari penjualan berbagai jenis sampah bernilai seperti kardus bekas, botol plastik, serta produk turunan berupa pupuk organik. Keberhasilan itu menunjukkan bahwa pengelolaan sampah berbasis masyarakat memiliki potensi ekonomi yang cukup besar jika mendapat dukungan penuh dari pemerintah dan kesadaran kolektif masyarakat terus tumbuh.
DLHK Kukar berharap, upaya seperti yang dilakukan Bank Sampah Rotok Etam bisa menjadi inspirasi bagi wilayah lain di Kukar untuk memanfaatkan sampah secara lebih produktif. Dengan pengelolaan yang baik, tumpukan sampah tidak lagi menjadi masalah lingkungan, melainkan peluang ekonomi baru yang membawa manfaat sosial dan ekologis sekaligus.
Melalui kolaborasi pemerintah, masyarakat, dan dunia pendidikan, pengelolaan sampah di Kutai Kartanegara diharapkan mampu menjadi contoh bagi daerah lain. Sampah yang dulunya dianggap tak bernilai kini justru membuka peluang ekonomi hijau dan memperkuat kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan bersama.
Adv/DLHK kukar

