October 6, 2025

Mediasiutama.com, Tenggarong – Festival Erau Adat Kutai Kartanegara tidak hanya semarak dengan pesta rakyat, tetapi juga sarat dengan prosesi adat sakral yang diwariskan turun-temurun. Dua di antaranya adalah Merangin dan Belian Namang yang dijalankan masyarakat Kedang Ipil, Kecamatan Kota Bangun. Kedua ritual ini bukan sekadar upacara, melainkan penegasan kedalaman filosofi dan spiritual masyarakat Kutai (18/09/2025).

Prosesi Merangin berlangsung selama tiga hari berturut-turut dengan rangkaian tarian khas, mulai dari Luwantiyu hingga Pendawa Lima, diiringi musik ayakkan. Menurut Murad, Kepala Adat Kedang Ipil, tarian belian dalam Merangin ibarat pembuka jalan menuju alam gaib.
“Kalau orang berjalan, belian itu merintis jalan, lalu dewa-dewa mengiringi di belakang. Filosofinya seperti suami istri yang saling melengkapi,” jelasnya.

Sementara itu, Belian Namang berperan penting dalam proses penabalan pemimpin. Meski secara pemerintahan seorang kepala desa telah dilantik, ia belum sah secara adat tanpa melalui Belian Namang.
“Kalau tidak dilantik secara adat, dia tidak boleh memutus perkara adat. Kalau memaksa, bisa kena ketulahan, karena adat lebih tua daripada pemimpin,” tegas Murad.

Ritual ini juga erat kaitannya dengan sejarah Kesultanan Kutai Kartanegara. Kedang Ipil dikenal sebagai salah satu suku tua yang menjadi abdi kesultanan sejak perjanjian leluhur dengan Haji Muhammad Marie Kesit. Tradisi itu pun tetap dilestarikan hingga generasi kelima.

Bagi masyarakat Kedang Ipil, Merangin dan Belian Namang adalah warisan leluhur yang menjaga keseimbangan antara manusia, leluhur, dan alam gaib. Festival Erau menjadi ruang penting untuk memastikan prosesi sakral tersebut terus hidup dan dihormati di tengah arus modernisasi.(Yuliana W)

Print Friendly, PDF & Email

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *